Perayaan Hari Anti Narkoba Internasional 2020, Bea Cukai Pekanbaru Rilis Video Tentang Narkoba

 

(Pekanbaru - 26 Juni 2020)

Narkoba atau istilah lain yang diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai "Napza'" adalah obat-obatan yang terdiri atas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkoba" ataupun Napza  mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Di Indonesia bahkan di dunia, berbagai kasus penyalahgunaan narkoba ini telah terjadi. Mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Meksiko, Amerika dan di berbagai belahan dunia. Semua negara memerangi kasus yang sama yaitu penyalahgunaan narkoba.

Ketika seseorang mendengar kata ‘narkoba’ pasti terlintas di benak adalah anak nakal, kecanduan, overdosis, HIV AIDS dan meninggal dunia. Namun pernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan “untuk apa dibuat narkoba padahal benda tersebut sangat merugikan?”

Narkoba pertama kali dikenal sejak 50.000 tahun sebelum masehi sebagai salah satu jenis obat penghilang rasa sakit. Narkoba kala itu terbuat dari sari bunga opium (Papauor Samnifertium) yang diketemukan oleh bangsa Sumeria. Narkoba digunakan untuk membantu orang-orang yang sulit tidur dan meredakan rasa sakit.

Pada sejarah yang lain, sekitar tahun 1333-1324 sebelum masehi di bawah pemerintahan Raja Tutankhamun, bangsa Mesir Kuno mulai mengetahui fungsi medis opium. Namun jangan dibayangkan fungsi medisnya sudah diketahui cukup detail seperti saat ini. Dulu, masyarakat Mesir Kuno menggunakan opium untuk membantu gangguan tidur, menghilangkan rasa sakit, bahkan menenangkan anak-anak yang menangis.

Baru pada tahun 400 SM, referensi medis untuk opium lebih jelas karena paparan Hippocrates, seorang ahli medis terkenal di Yunani. Opium, kala itu, mulai digunakan untuk anestesi selama operasi.

Namun, Terlepas dari fungsi medisnya, masyarakat juga menggunakan sari bunga opium untuk rekreasi. Karena belum ada penelitian secanggih dan mendalam seperti sekarang. Masyarakat meengunakan sari bunga opium ini untuk kesenangan dan belum menyadari efek kecanduan dari narkotika. Karena penyalahgunaan itulah, bunga poppy disebut dengan "tanaman sukacita". Penanam bunga poppy kemudian menyebar ke Yunani Kuno, Persia, dan Mesir. Persebaran inilah yang kemudian membuat beberapa orang mulai menyadari fungsi lain opium selain rekreasi.

Narkotika mulai dikenal di China dan Asia Timur sekitar abad keenam dan ketujuh masehi melalui perdagangan di sepanjang Jalur Sutra. Selanjutnya, wilayah Asia justru menjadi penghasil bunga poppy yang paling besar.

Narkoba tidak selamanya buruk dan tidak selamanya baik. Pada tujuan yang tepat ditangan para ahli kesehatan yang digunakan untuk keperluan medis, narkoba akan memberikan manfaat yang baik.

 Mari kita ambil contoh. Morfin. Morfin adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sakit atau nyeri yang parah. Morfin masuk ke dalam kategori analgesik narkotika (opiate). Obat ini bekerja di dalam otak untuk mengubah cara tubuh dalam merespon dan merasakan rasa sakit. Pada perkembangannya, Morfin dikembangankan menjadi obat lain yang bernama heroin. Di tangan para ahli medis, obat ini digunakan untuk keperluan pembedahan agar pasien tidak merasakan rasa sakit. Namun di tangan orang yang salah, obat ini akan digunakan sebagai penjaga stamina agar selalu fit, mencapai rasa “fly” sehingga dapat mendapatkan euphoria (rasa senang yang luar biasa agar bisa keluar dari permasalahan hidup yang hanya bertahan sementara.

Penggunaan narkoba yang ada pada tangan orang yang salah, untuk tujuan yang salah dan dalam dosis yang tidak seharusnya akan menimbulkan kecanduan yang sangat merusak tubuh. Berdasarkan pendapat pakar kesehatan bernama Dr. Gabor Mate, narkoba memiliki efek yang sangat mengerikan. Dokter Gabor Mate telah meneliti dan berkecimpung dalam dunia pasien narkoba sangat lama. Dia meneliti lebih dalam tentang apa sih yang dicari dari narkoba. Dia awalnya berpikir apa yang benar dari penggunaan narkoba bagi mereka, apa yang mereka cari dari narkoba padahal itulah yang menyebabkan kematian sebagian besar dari mereka. Penelitian ini terus dilanjutkan hingga akhirnya ia menemukan definisi adiksi yang sebenarnya. Defini adiksi menurut dokter tersebut adalah kebiasaan apapun yang memberikan rasa rileks sementara, kesenangan sementara yang apabila dilakukan dalam jangka panjang akan menyebabkan  kerusakan disertai dampak negative yang mana pecandunya tidak dapat menghentikan candunya tersebut meskipun sudah tahu konsekuensinya.

Dari adiksi inilah. orang-orang yang tidak bertanggungjawab melihatnya sebagai bisnis. Mereka menyebarkan narkotika untuk mendapatkan uang tanpa melihat dampak yang terjadi pada orang yang menngunakannya. Tidak peduli dengan dampak ke lingkungan bahkan pada negara yang ia pasarkan.

Berbagai dampak yang muncul akibat penggunaan narkoba seperti merusak tubuh, penyakit, overdosis, hingga kematian.

Berbagai upaya untuk mencegah penyalahgunaan narkoba ini digencarkan. Mulai dari edukasi kepada masyarakat tentang dampak buruk penyalahgunaan narkoba, penangkapan pengiriman narkoba dari jumlah kecil hingga berton-ton penangkapan kurir, hingga penangkapan mafia-mafia narkoba. Sinergi antar instansi pemerintah sangat dibutuhkan dalam memerangi masalah narkoba. Salah satunya adalah bea cukai. Bea Cukai sangat serius dalam menaggapi masalah ini hingga kedepannya, untuk semakin memperkecil peredaran narkoba tingkat internasional, Bea Cukai akan membentuk Direktorat khusus untuk menangani pemasalahan narkoba di negeri ini. Yaitu Direktorat Narkotika

Jadi..

Sudah siapkah anda juga berperan dalam memerangi penyalahgunaan narkoba??

Link Video :https://www.youtube.com/watch?v=NIstN9TRMfU&t=51s

 

#beacukaipekanbaru

#beacukaimakinbaik

#HANI2020