FYP : Antara Realita dan Asa Memajukan Ekonomi Bangsa
Peluh menetes berkilau diterpa oleh sang mentari dan senyuman terlukis hangat nan ikhlas diraut wajah para petani perkebunan gambir yang berada di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Mereka berkumpul dan terjalin oleh sebuah semangat gotong royong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan berharap setiap peluh yang menetes hari ini kiranya dapat membawa asa dan harapan bagi keluarga dan anak-anak di rumah.
Bapak Suwanto, salah satu lelaki yang berprofesi sebagai petani gambir berusia paruh baya ini sudah menggeluti usaha Perkebunan gambir sejak ia masih kecil, usaha kecil-kecilan tersebut merupakan usaha yang diwariskan oleh keluarganya. Seiring dengan perkembangan zaman, meskipun usaha tersebut sudah dinilai mulai tidak menjanjikan dan menguntungkan namun Bapak Suwanto tetap berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan usaha keluarga tersebut karena ia tidak memiliki pilihan lain dalam memenuhi kebutuhan keluarga dirumah, ia hanyalah seorang anak pulau dengan berbagai dilema yang dihadapi silih berganti.
“ Kami merupakan penduduk asli Pulau Kundur, pulau yang dijuluki pulau durian karena disini terkenal dengan komoditas durian asli dari Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini tepat berada di Kabupaten Karimun, kami sudah berada di pulau ini sejak kecil, Ibu dan Bapak kami sehari-hari berprofesi sebagai nelayan dan petani gambir disini. Selain itu, biasanya kami juga bekerja serabutan misalnya membangun rumah-rumah warga di sekitar pulau ini. Saya sendiri bersyukur masih dapat menjalankan usaha keluarga kami sebagai petani gambir” kata Bapak Suwanto
Suwanto mengatakan bahwa mayoritas penduduk yang berada di Pulau Kundur bekerja sebagai petani dan nelayan, dimana hal tersebut merupakan ciri khas dari sebagian besar mata pencaharian masyarakat Bangsa Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah yang dikelola oleh paguyuban petani dan nelayan di Pulau Kundur. Kekayaan alam ini pula yang menjadikan Indonesia dijuluki sebagai Zamrud Khakulistiwa.
Mentari senja pun mulai enggan menunjukkan sinarnya seakan menyampaikan isyarat atau tanda bahwa ia sudah berada di ufuk barat. Para petani mulai bergegas menyiapkan segala peralatan dan hasil panen untuk dibawa pulang begitu pula dengan Bapak Suwanto yang biasanya setelah seharian bekerja dan memanen daun gambir segera akan menyerahkan hasil panennya kepada salah satu perusahaan pengepul di Pulau tersebut.
Ibu Yeni, wanita cantik berdarah Tionghoa yang berprofesi sebagai salah satu pemilik usaha pengepul sekaligus pengolahan gambir yang berada di Pulau Kundur merasa sangat bersyukur dan senang karena usaha yang dijalankannya sebagai perusahaan pengelola gambir dapat menjadi saluran berkat bagi warga yang berprofesi sebagai petani gambir di Pulau Kundur. “ Kami memulai usaha ini sejak tahun 2008 sebagai wujud keprihatinan kami terhadap nasib para petani dan hasil usaha mereka berupa daun gambir yang dulunya dihargai sangat rendah dan tidak layak, dan tidak jarang hasil panen mereka menjadi busuk, banyak lahan gambir yang tidak dikelola dengan baik dan ditinggalkan oleh pemiliknya, dan sebagian besar sudah rusak dan tidak memiliki manfaat lagi. Selain itu, alasan lainnya adalah karena kami juga berusaha menangkap peluang bisnis dan menghidupkan kembali gairah para petani gambir di Pulau Kundur” kata Ibu Yeni Gambir (Uncaria Gambir Roxb) adalah jenis tumbuhan merambat, termasuk familia Rubiaceae, genus Uncaria, dan merupakan tanaman endemik Indonesia. Tanaman ini biasanya memiliki habitat di daerah tropis dan memiliki berbagai macam manfaat. Berdasarkan jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, gambir merupakan tanaman jenis (Uncaria gambir Roxb) yang mengandung senyawa polifenol. Senyawa polifenol yang terdapat diekstrak gambir ini adalah katekin yang berperan sebagai senyawa antimikroba dan antioksidan yang biasanya digunakan oleh pembeli daun gembir untuk dikelola menjadi obat-obatan tradisional maupun bahan baku kosmetik. Ibu Yeni selaku pemilik dan pengelola PT. Stargrower Kundur menilai bahwa terdapat peluang usaha yang sangat menjanjikan jika para petani dan pengelola memiliki kemauan untuk diajak bekerja sama untuk memajukan usaha gambir agar dikenal secara global. “ Dahulu harga gambir di Pulau Kundur ini hanya dihargai sebesar Rp.300 / Kg, harga tersebut dinilai masih sangat jauh dari kata layak jika dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok saat ini yang selalu mengikuti inflasi sehingga semakin tahun semakin meningkat dan dampaknya banyak petani gambir yang mulai meninggalkan usahanya. Hingga pada akhirnya kami mendirikan PT. Stargrower Kundur ini sebagai salah satu jawaban atas keluh kesah para petani gambir, dimana kami berusaha memberikan harga terbaik dan jauh lebih tinggi bahkan empat kali lebih tinggi dibandingkan harga normal yang biasanya mereka dapatkan yaitu sebesar Rp 1.200/Kg bahkan pernah menyentuh harga tertinggi mencapai Rp1.700/ Kg, namun kami juga pernah berada pada masa sulit yaitu saat Pandemi Covid-19 dimana saat pasar sedang sepi dan tidak ada peminat gambir kami tetap berikan harga sebesar Rp 1.000/Kg”. PT. Stargrower Kundur sebagai salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Karimun berupaya keras menciptakan kesejahteraan petani gambir di Pulau Kundur, hal tersebut didasari oleh rasa cinta terhadap tanah kelahiran dan keprihatinan nasib para petani gambir. PT. Stargrower Kundur perang memasuki masa sulit ketika Pandemi Covid-19 menerpa bumi pertiwi yang mengakibatkan melemahnya perekonomian global bahkan PT. Stargrower Kundur pernah kehilangan konsumen selama 1 (satu) tahun, namun Indonesia mencatatkan bahwa pertumbuhan ekonomi tetap tangguh bertahan karena Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mencatatkan angka positif dalam pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah UMKM yang ada di Indonesia sebanyak 64,2 juta, presentase 97 persen UMKM memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat maupun pemuda di Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagai salah satu roda penggerak perekonomian di wilayah Pulau Kundur, PT. Stargrower Kundur memiliki jasa yang dinilai mampu menyelamatkan perekonomian bangsa dari keterpurukan. Ibu Yeni mengatakan bahwa saat pertama kali membuka usaha PT. Stargrower Kundur, jumlah pekerja tetap hanya berkisar 6 (enam) orang saja dan seiring dengan perkembangan usaha petani terhadap komoditi daun gambir, hingga saat ini jumlah pekerja pada PT. Stargrower Kundur sudah mencapai 24 (dua puluh empat) orang. Ia sempat berpikir untuk mengurangi jumlah pekerjanya pada saat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu mengingat begitu besar kerugian yang sempat dialami oleh perusahaan yang ia dirikan. Namun, Ibu Ibu Yeni tidak pernah menyerah dan tetap berusaha untuk mencari jalan agar usaha yang ia dirikan tetap bertahan, hal yang terpikir saat itu adalah ingin melakukan ekspor ke luar negeri apabila pasar dalam negeri sedang lesu. “ Saya ingin sekali melakukan ekspor produk yang saya kelola namun saat itu saya tidak memiliki pengetahuan bagaimana cara melakukannya, hingga pada akhirnya tim Bea Cukai Tanjung Balai Karimun datang ke perusahaan kami dan memberikan asistensi dan pendampingan penuh hingga akhirnya kami dapat melakukan ekspor, kami menyadari bahwa ekspor tersebut mudah namun tetap ada tantangan tersendiri dalam proses bernegosiasi dengan pembeli (buyer) begitu juga dengan syarat-syarat dokumen yang diperlukan, dan saya sangat bersyukur dipertemukan dengan tim dari Bea Cukai Tanjung Balai Karimun yang memberikan asistensi dari awal hingga kami dapat melakukan ekspor, kami pernah melakukan ekspor ke luar negeri namun masih menumpang dengan perusahaan lainnya (undername), sehingga harga jual kami jauh lebih rendah dibandingkan jika kami melakukan ekspor secara mandiri” Kata Ibu Yeni. Hingga saat ini, berbagai realita yang selalu menjadi persoalan yang dihadapi oleh para pelaku usaha UMKM adalah minimnya informasi yang tersedia terkait mekanisme ekspor, regulasi ekspor, teknik mencari dan bernegosiasi dengan buyer, serta pemenuhan berbagai perizinan yang wajib dipenuhi oleh para pelaku usaha UMKM. Kami menyadari bahwa hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang wajib dipecahkan secara bersama demi memenuhi misi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai Trade Facililator dan Industrial Assistance. Berbagai langkah-langkah strategis telah kami ciptakan guna menciptakan asa bagi para pelaku usaha UMKM diantaranya, membentuk tim klinik ekspor Bea Cukai Tanjung Balai Karimun dengan beranggotakan Pejabat dan Pegawai yang bertugas mencari informasi terkait eksistensi dari pelaku usaha UMKM yang potensial untuk dilakukan pembinaan agar dapat mengembangkan usahanya menembus pasar global. Kondisi geografis dari Kepulauan Riau berupa ribuan pulau-pulau kecil menjadi tantangan yang kami hadapi saat melakukan kunjungan ke pelaku usaha UMKM yang berada di pulau-pulau tersebut dan tak jarang dihadapkan dengan kondisi alam yang tidak bersahabat. Selain itu, kami juga berupaya menciptakan sebuah inovasi sederhana berupa Customs Information and Evaluation Desk yang didalamnya terdapat sub-menu Small Medium Enterprises of Marine Customs (SMEC) yang berisikan berbagai informasi terkait ketentuan ekspor dari Bea dan Cukai, harapannya inovasi sederhana tersebut dapat menjadi one-stop information portal yang dapat diakses oleh para pelaku usaha UMKM untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan. Kami juga berinisiatif membentuk sebuah Forum Paguyuban Pengembangan UMKM Kabupaten Karimun yang nantinya diikuti oleh berbagai instansi eksternal yang memiliki visi dan misi yang sama untuk mengembangkan UMKM di Kabupaten Karimun. Forum tersebut bertujuan menciptakan program kerjasmaa dalam memberikan asistensi karena kami menyadari bahwa berbagai proses perizinan dari hulu ke hilir hingga akhirnya UMKM dapat mengekspor produknya melibatkan berbagai instansi eksternal tersebut sehingga diharapkan dengan adanya forum tersebut, pertukaran informasi dan asistensi bersama kepada UMKM dapat dilakukan dan kendala-kendala yang sering mereka hadapi dapat diminimalisir.
Perjuangan dalam menghadapi realita dan membangun asa untuk meningkatkan perekonomian bangsa melalui pembinaan kepada UMKM adalah dua hal yang perlu dijalankan dengan rasa penuh kesabaran dan keikhlasan agar membuahkan hasil yang optimal. Garis senyuman yang berhasil kita ukir kepada pelaku usaha UMKM PT Stargrower Kundur kiranya dapat menjadi secercah air sejuk ditengah gersangnya padang realita dan tantangan untuk membangun ekonomi bangsa. Ketika mereka berhasil mengekspor produknya dan memahami regulasi yang wajib dipatuhi adalah buah manis dari pengabdian dan perjuangan yang kami dan kita berikan.