Bea Cukai Hadiri Pertemuan Pimpinan Administrasi Kepabeanan pada Forum BRICS

Jakarta, 20 Oktober 2025 - Bea Cukai hadiri BRICS Customs Experts Meeting dan BRICS Head of Customs Meeting di Manaus, Brasil, 17-19 September 2025. Kehadiran Bea Cukai ini menjadi wujud komitmen Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam forum multilateral. 

BRICS merupakan organisasi antarpemerintah yang beranggotakan 11 negara, yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Etiopia, Indonesia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Indonesia resmi menjadi anggota penuh BRICS sejak 1 Januari 2025. "Keanggotaan ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Republik Indonesia untuk memperkuat peran Indonesia di tingkat global, mengangkat kepentingan bersama negara-negara Global South, serta memanfaatkan kerja sama konkret BRICS bagi pembangunan nasional. Pada tahun 2025, BRICS berada di bawah keketuaan Brasil dengan tema “Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance".

Direktur Kerja Sama Internasional Kepabeanan dan Cukai Bea Cukai, Anita Iskandar menjelaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari rangkaian pertemuan BRICS Virtual Working Group on Customs yang berlangsung pada Maret dan Juli 2025. "Agenda utama mencakup penguatan kemitraan dan kerja sama kepabeanan dengan fokus pada isu-isu strategis yaitu Penegakan Hukum, Green Customs, Mutual Recognition Arrangements on Authorized Economic Operator (MRA AEO), Digitalisasi, dan Pengembangan Kapasitas," rincinya.

Dalam forum tersebut, Bea Cukai menyampaikan kebijakan strategis dalam pengelolaan sumber daya manusia serta strategi menghadapi pertumbuhan pesat e-commerce. Salah satu capaian konkret adalah pengungkapan 2.000 kg sabu di Batam tahun 2025, yang merupakan hasil nyata dari implementasi kebijakan pelatihan berkelanjutan dan kerja sama internasional dengan mitra strategis seperti World Customs Organization (WCO) dan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC).

"Bea Cukai juga menekankan langkah mitigasi terhadap risiko hilangnya penerimaan negara akibat penyelundupan melalui kiriman bernilai rendah. Strategi yang diterapkan meliputi penyederhanaan prosedur, pengaturan batas de minimis, pemanfaatan sistem elektronik, penguatan manajemen risiko, serta pembangunan kemitraan dengan para pelaku e-commerce. Ke depan, kami berfokus memperkuat kemitraan lintas sektor sekaligus meningkatkan kapasitas petugas di lapangan," tambah Anita.

Partisipasi aktif Bea Cukai dalam forum BRICS diperkuat dengan capaian kinerja yang positif hingga September 2025. Realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat Rp221,3 triliun, atau tumbuh 7,1% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan rincian yaitu penerimaan cukai sebesar Rp163,3 triliun (tumbuh 4,6% yoy), bea keluar sebesar Rp21,4 triliun (tumbuh signifikan 74,8% yoy, didorong harga CPO dan ekspor tembaga), dan bea masuk sebesar Rp36,6 triliun (kontraksi 4,6% yoy akibat kebijakan perdagangan pangan dan pemanfaatan free trade agreement). 

Disebutkan Anita melalui forum BRICS, Bea Cukai menegaskan komitmennya untuk berkontribusi pada tata kelola perdagangan internasional yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. "Sinergi antara diplomasi ekonomi, reformasi kelembagaan, dan kolaborasi internasional diharapkan mampu menghadirkan layanan kepabeanan dan cukai Indonesia yang modern, transparan, berintegritas, dan berdaya saing global," tutupnya.