Bea Cukai Gresik Dorong Ekonomi Hijau Lewat Sinergi Koperasi dan Kawasan Berikat dalam Pengelolaan Sampah Plastik



Gresik, 13-10-2025 - Di tengah meningkatnya tantangan lingkungan akibat timbunan sampah plastik, Bea Cukai Gresik melangkah lebih jauh dari sekadar menjalankan fungsi kepabeanan dan cukai. Melalui inovasi dan sinergi lintas sektor, instansi ini berupaya menumbuhkan ekosistem ekonomi hijau yang menyatukan kepentingan industri, koperasi, dan komunitas masyarakat.

Langkah itu tampak nyata dalam kegiatan pelepasan BC 4.0 produk sampah plastik hasil pengumpulan Koperasi Bumi Sehat ke PT Pelita Mekar Semesta (PMS) di Driyorejo. Perusahaan kawasan berikat pengolahan plastik terbesar di Kabupaten Gresik itu menjadi mitra strategis dalam menciptakan rantai pasok daur ulang yang berkelanjutan.

Kepala Kantor Bea Cukai Gresik, Asep Munandar menuturkan bahwa program ini lahir dari semangat kolaborasi yang diwujudkan melalui Penguatan Reformasi dan Kepabeanan Cukai (PRKC) Berkelanjutan. Menurutnya, inisiatif ini bukan sekadar rutinitas administratif, tetapi menjadi model nyata bagaimana instansi pemerintah dapat memperkuat keterhubungan antarpelaku usaha di kawasan berikat dan koperasi lokal. “Tujuan dari program ini membangun rantai pasok berkelanjutan yang mendukung misi Net Zero Emission 2050, sekaligus memberdayakan komunitas peduli lingkungan di tingkat akar rumput,” ujarnya.

Asep menekankan, pengelolaan limbah plastik harus dilihat sebagai peluang menciptakan nilai ekonomi baru, bukan sekadar urusan kebersihan. “Inisiatif ini bukan hanya tentang pengelolaan sampah, tetapi bagaimana membangun sistem industri daur ulang yang saling menguntungkan antara masyarakat, koperasi, dan dunia usaha secara berkelanjutan. Kami ingin memastikan Gresik tidak hanya menjadi pusat industri, tetapi juga pelopor ekonomi hijau berbasis komunitas,” tambahnya.

Sebagai industrial assistance dan trade facilitator, Bea Cukai Gresik memosisikan diri sebagai penghubung antara berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pelaku usaha, pemerintah daerah, lembaga pembiayaan, hingga koperasi dan BUMDes. “Langkah ini merupakan bagian dari komitmen kami dalam Green Customs Initiative, memperkuat tata kelola industri berkelanjutan yang menjembatani kepentingan lingkungan, ekonomi, dan sosial menuju Indonesia hijau dan berdaya saing,” tegas Asep.

Sementara itu, di sisi industri, PT Pelita Mekar Semesta menghadapi tantangan baru setelah penghentian impor bahan baku plastik daur ulang dari Australia sejak awal tahun ini. Plant Manager PT PMS, Chrisna Agung Kartika, menjelaskan bahwa kondisi tersebut membuat perusahaan bergantung penuh pada pasokan bahan baku lokal. “Selama ini kami banyak mendatangkan bahan baku plastik daur ulang dari Australia. Namun sejak awal 2025, impor bahan baku dihentikan, sehingga kami sangat bergantung pada pasokan lokal,” katanya.

Perusahaan yang berdiri sejak 2010 ini memiliki kapasitas produksi hingga 18.000 ton pelet plastik per tahun. Namun, keterbatasan bahan baku membuatnya belum dapat beroperasi secara maksimal. Sebagai anggota Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), PT PMS kini membuka peluang kerja sama dengan Koperasi Bumi Sehat Gresik dan jaringan bank sampah lokal melalui sistem purchase order minimal satu ton. “Kolaborasi ini diharapkan memperkuat pasokan bahan baku domestik, menciptakan lapangan kerja baru, serta mempercepat transformasi menuju ekonomi sirkular berbasis komunitas,” ujarnya.

Dari sisi komunitas, Ketua Koperasi Bumi Sehat Gresik, Hartatik, menyampaikan bahwa kegiatan ini melibatkan lima titik bank sampah di wilayah Gresik dengan lebih dari seratus nasabah aktif. Dalam waktu satu bulan, koperasi berhasil mengumpulkan 917 kilogram plastik bersih dari sekitar 50 pemulung kecil. Seluruh hasil pengumpulan kemudian dikirim ke fasilitas produksi PT PMS di Driyorejo. Dari tangan-tangan para pemulung, hingga jalur logistik industri besar, sinergi ini menggambarkan sebuah ekosistem ekonomi hijau yang saling terhubung. Bea Cukai Gresik, dengan perannya sebagai fasilitator dan pendamping industri, berupaya memastikan bahwa keberlanjutan bukan sekadar jargon, tetapi nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.