DIKC English Class For Better Future Leader

Globalisasi terus menuntut kita untuk open minded, cepat beradaptasi serta berinteraksi tidak hanya dengan stakeholders domestik, melainkan juga internasional. Poin terakhir membutuhkan skill yang spesifik: kemampuan berbahasa inggris baik reading, listening, dan speaking. Dan umumnya, kendala bagi pegawai dalam belajar bahasa Inggris adalah kurangnya percaya diri, takut salah menggunakan grammar serta vocabulary yang tepat sehingga saat berbicara suara yang dihasilkan tidak jelas bagi yang mendengarkan.

Kendala tersebut ditangkap oleh Kepala Seksi Perancangan Sistem Informasi Achmad Setiawan dan Kepala Subdit Strategi dan Perencanaan Sistem Informasi (SPSI) Ari Setyo Widodo dengan meluncurkan ide membuat acara English Class di Direktorat IKC Kantor Pusat DJBC. Menindaklanjuti ide tersebut,  Kasubag TU Direktorat IKC Endang Worokesti mengarahkan tim kecil untuk mengatur waktu, tempat, pemberi materi serta format acara IKC English Class. Setelah segala hal tersebut disepakati seminggu kemudian dilaksanakanlah IKC English Class pertama. Dibuatkan flyer yang disebar di Whatshapp group (WAG) Direktorat untuk menarik minat pegawai. Dan sesuai perkiraan, ruang rapat utama terisi penuh menunjukkan tingginya antusiasme pegawai.

Dalam setiap pertemuan, IKC English Class selalu  menawarkan topik yang berbeda. Terkadang pemberi materi memberikan sharing session mengenai pengalaman penugasannya seperti yang dilakukan oleh Kristiani Sirait pada English Class kedua yang membahas keikutsertaannya menjadi liaison officer (LO) di acara Annual Meeting World Bank Group - IMF. Di kesempatan yang lain diberikan pula Grammar session seperti tentang Eight Parts of Speech yang menjadi topik pada English Class ketiga. Atau bisa juga pemberi materi memberikan topik ringan dan mengundang komentar para peserta seperti discussion session tentang  “Your Ideal Spouse Criteria” yang dibawakan oleh Erwin Duadja Betha Sasana di IKC English Class kelima. Seringkali topik dari English Class masih berlanjut dibahas di Whatsapp group (WAG) IKC English Community, WAG yang melarang para anggotanya berbahasa Indonesia saat chat sesama anggota grup.

Pegawai yang kembali dari penugasan ke luar negeri diwajibkan mempresentasikan materi yang didapatkannya di English Class. Begitu juga dengan pegawai yang selesai masa tugas belajar. Selain untuk sharing knowledge, para pegawai tersebut akan ‘terpaksa’ bertahan dalam level kemampuan komunikasi seperti saat mereka sedang menjadi karyasiswa atau pegawai yang sedang bertugas diluar atau di even internasional karena harus memberikan presentasi menggunakan bahasa Inggris. Dampak lainnya adalah peserta English Class akan mendapatkan contoh yang bagus bagaimana kemampuan bahasa Inggris akan mendatangkan lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan mendapatkan penugasan workshop atau pelatihan ke luar negeri.

Dukungan dari para pejabat struktural pun menambah semangat para peserta English Class. Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Agus Sudarmadi dalam opening remarks IKC English Class kedua menyampaikan bahwa sebagai pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus berpikir global. Karena Bea Cukai Indonesia adalah bagian dari komunitas pabean internasional.  Kepala Subdit PKIMLE, Yan Inderayana menugaskan pegawainya yang mendapat penugasan ke luar negeri untuk memberikan sharing knowledge di English Class agar pegawai lain termotivasi. Dukungan-dukungan tersebut sejalan dengan pesan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi saat Sharing session Persiapan Direktorat IKC untuk CEISA 4.0 ketika beliau berpesan “Saya tidak akan mentolelir jika ada pegawai IKC yang tidak bisa bahasa Inggris, karena seharusnya kalian sudah berinteraksi setiap hari dalam bahasa pemrograman yang kalian pakai”.

Tidak mau kalah dengan kaum millenial di kelas pegawai, para Pejabat struktural juga menyelenggarakan English Class untuk pejabat yang mendatangkan tenaga pengajar dengan kurikulum yang telah ditentukan. Kelas diselenggarakan seminggu sekali dan dibedakan jadwalnya dengan English Class pegawai agar pejabat masih bisa hadir di English Class pegawai. Kehadiran pejabat biasanya akan membuat diskusi lebih terarah serta lengkap dengan sudut pandang yang lebih kaya dari sisi manajemen. Bagi pegawai yang terbiasa membeli sarapan di kantor juga dapat bergabung di English Breakfast dimana obrolan ringan pegawai di ruang makan menggunakan bahasa  Inggris. Bahkan dalam KPI Meeting Bulan Januari, Kepala Subdit Pengelolaan dan Layanan Data, Yacobus Agus Wahyudiono menginstruksikan penggunaan bahasa Inggris selama rapat berlangsung.

Sesuatu hal baru terkadang terasa mengganggu terlanjur nyaman di zona tersebut. Namun ada saatnya dimana kita harus melakukannya demi tantangan kerja masa depan yang lebih besar. Kemampuan berbahasa asing mutlak diperlukan untuk mencetak pegawai-pegawai masa depan yang mampu berpikir dan berkomunikasi secara  global dan sesuai dengan visi DJBC untuk setara dengan instansi kepabeanan internasional. Dengan memberikan kesempatan, saling memotivasi dan belajar satu sama lain, dan menciptakan English environment yang mendukung akan membuat pegawai merasa tidak asing dan lebih familiar menggunakan bahasa Inggris dalam tugas sehari-hari.